Perilaku Konsumen Selama Ramadan
Data Telkomsel juga mengungkap bahwa setengah dari masyarakat membelanjakan pendapatan mereka selama Ramadan. Mayoritas pembeli berasal dari generasi Milenial (58 persen), diikuti oleh Gen Z (30 persen), dan Baby Boomers (14 persen). Dalam periode ini, rata-rata mereka menghabiskan dana sekitar Rp3,5 juta hingga Rp7 juta untuk berbagai keperluan.
Dari sisi preferensi belanja, 69 persen konsumen masih memilih berbelanja langsung ke toko atau secara offline, sedangkan 31 persen lainnya lebih suka belanja online. Adapun kategori produk yang paling banyak dibeli mencakup pakaian, makanan instan, gadget, transportasi dan akomodasi, serta hiburan seperti musik, game, dan film.
Strategi Meningkatkan Penjualan Selama Ramadan
Untuk memanfaatkan lonjakan konsumsi ini, pemilik bisnis perlu menerapkan strategi pemasaran yang efektif:
-
Penjadwalan Kampanye yang Tepat
Memahami waktu puncak aktivitas digital konsumen sangat penting. Momen sahur bisa menjadi waktu yang ideal untuk menayangkan iklan atau promosi, mengingat lonjakan trafik internet dan televisi pada periode ini.
-
Diferensiasi Produk dan Layanan
Persaingan yang semakin ketat mengharuskan pelaku usaha untuk menghadirkan penawaran yang unik. Misalnya, memberikan diskon eksklusif, bundling produk, atau layanan tambahan seperti pengiriman cepat.
-
Optimalisasi Penjualan Online dan Offline
Meskipun belanja offline masih mendominasi, penjualan online tetap memiliki pangsa pasar yang signifikan. Oleh karena itu, bisnis harus mengoptimalkan kehadiran digitalnya melalui media sosial, marketplace, dan iklan digital.
-
Menyesuaikan Stok dengan Permintaan
Melihat kategori produk yang paling banyak dibeli, bisnis harus memastikan ketersediaan stok agar dapat memenuhi permintaan konsumen selama Ramadan.
-
Memanfaatkan Influencer dan Kampanye Digital
Dengan meningkatnya konsumsi konten digital, menggunakan jasa influencer atau membuat kampanye media sosial dapat menjadi strategi yang efektif untuk menarik perhatian audiens.