Tampang.com – Di tengah kompleksitas dinamika kebangsaan, muncul sebuah kecenderungan yang makin mencolok: sipil dan militer seolah sedang bertukar peran. Dunia sipil kini mulai terisi oleh mereka yang berasal dari latar belakang militer, sementara sipil mulai mengadopsi gaya, atribut, dan cara berpikir khas militer.
Dua ranah yang sejatinya dipisahkan oleh konstitusi dan sejarah, kini tampak tumpang tindih. Fenomena ini tak hanya soal simbolik seperti seragam loreng, tapi menyentuh persoalan mendalam tentang fungsi, identitas, dan arah demokrasi kita.
Dalih Efisiensi atau Kekosongan Kepemimpinan Sipil?
Banyak pihak menyebut ini sebagai solusi pragmatis. Sipil “bermiliter” demi mendisiplinkan diri, dan militer masuk ke birokrasi sipil untuk mempercepat reformasi. Namun di balik itu semua, muncul pertanyaan: apakah sektor sipil kita sudah sebegitu lemahnya hingga harus diselamatkan oleh militer?
Jika benar, ini menjadi alarm keras tentang rapuhnya kepemimpinan sipil, dan ketidakmampuan sistem demokrasi untuk menumbuhkan kader-kader sipil yang kuat, berintegritas, dan efektif.