“Setelah pabrik tempat saya kerja tutup, kampung kami seperti sepi. Banyak yang pulang kampung, yang bertahan pun kesulitan,” ujar Ujang, mantan pekerja pabrik garmen di Karawang.
Lemahnya Daya Saing dan Ketergantungan Ekspor
Sejumlah pengamat menyebut PHK massal ini sebagai cermin lemahnya daya saing industri dalam negeri. Ketergantungan pada pasar ekspor dan minimnya diversifikasi produksi membuat industri rentan terhadap guncangan global.
“Kalau hanya bergantung ekspor ke dua atau tiga negara, sekali mereka berhenti beli, kita goyah. Harus ada transformasi industri,” kata Evi Kurniawati, ekonom dari INDEF.
Minimnya Proteksi dan Insentif untuk Industri Padat Karya
Pemerintah dinilai belum cukup cepat merespons krisis ini. Stimulus fiskal yang ada belum menyasar industri padat karya secara langsung, sementara perlindungan terhadap pekerja masih terbatas.
“Kami butuh insentif, bukan sekadar himbauan. Kalau tidak, gelombang PHK berikutnya bisa lebih besar,” ujar seorang pengusaha tekstil di Jawa Barat yang enggan disebutkan namanya.