Tampang.com | Pemerintah mengumumkan lonjakan pemutusan hubungan kerja (PHK) di Indonesia mencapai 24.036 orang sepanjang Januari–April 2025. Sementara pemerintah mencoba menenangkan publik, sejumlah ekonom justru memperingatkan bahwa kondisi ekonomi nasional tengah mengarah ke zona merah.
Angka PHK Meningkat, Jawa Tengah Paling Terdampak
Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menyebutkan bahwa jumlah PHK pada empat bulan pertama tahun ini telah melampaui sepertiga angka PHK sepanjang tahun 2024, yang tercatat sebanyak 77.965 orang. Tiga provinsi paling terdampak yakni Jawa Tengah (10.692 orang), DKI Jakarta (4.649 orang), dan Riau (3.546 orang).
"Ini menunjukkan tren peningkatan yang perlu diwaspadai," ujar Yassierli dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI.
Ekonom UGM: Data PHK Tak Menunjukkan Krisis Ekonomi
Menanggapi angka PHK tersebut, Ekonom Universitas Gadjah Mada, Eddy Jurnasin, mengatakan bahwa lonjakan PHK belum cukup untuk menyimpulkan adanya krisis ekonomi. Menurutnya, jumlah pekerja justru meningkat sebanyak 3,59 juta orang dibanding Februari 2024, dan tingkat pengangguran terbuka Februari 2025 hanya 4,76 persen, tidak jauh dari angka Amerika Serikat di 4,2 persen.
"Artinya, ekonomi belum dalam kondisi distressed secara statistik," kata Eddy. Ia pun menekankan pentingnya komunikasi publik dan dukungan pemerintah bagi mereka yang terkena dampak PHK.