Pada saat yang sama, pertemuan ini juga menandakan bahwa Indonesia, melalui perwakilan JK, berupaya untuk memainkan peran yang lebih aktif dalam penyelesaian konflik berkepanjangan di Palestina. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia, sikap Indonesia dalam menangani isu-isu di Timur Tengah tidak hanya mencerminkan keprihatinan kemanusiaan, namun juga menjadi sorotan bagi dunia internasional.
Sekaligus, keputusan JK untuk bertemu dengan tokoh Hamas juga menimbulkan pertanyaan mengenai langkah selanjutnya yang diambil oleh pemerintah Indonesia terkait isu Palestina. Apakah ini akan menjadi awal dari langkah-langkah konkrit yang diambil oleh pemerintah Indonesia dalam menyuarakan perdamaian di wilayah tersebut? Atau apakah ini hanyalah sebuah kesempatan untuk membangun jaringan diplomasi yang lebih luas bagi pihak Indonesia?
Di sisi lain, reaksi dari pemerintah Israel juga patut untuk diamati dalam konteks pertemuan ini. Pasalnya, pertemuan ini turut menimbulkan ketegangan baru dalam hubungan antara Indonesia dan Israel, mengingat kedua negara ini memang sudah memiliki hubungan diplomasi yang tegang terutama terkait dengan isu Palestina. Reaksi Israel terhadap pertemuan ini bisa memberikan gambaran akan dinamika perubahan strategi diplomasi di kawasan tersebut.
Sebagai informasi tambahan, perwakilan Hamas di Qatar sebelumnya telah mengatakan bahwa pertemuan-pertemuan semacam ini adalah bagian dari upaya untuk menguatkan hubungan dengan negara-negara yang memiliki pengaruh di kawasan Timur Tengah. Israel sendiri menilai Hamas sebagai organisasi teroris, sehingga pertemuan ini memunculkan reaksi yang beragam dari berbagai pihak.