Sebagai Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Institute, Heru juga mengkritisi lemahnya sistem verifikasi usia di sejumlah platform. Ia menilai hal ini membuat anak-anak lebih mudah mengakses konten dewasa atau berinteraksi dengan orang asing tanpa pengawasan yang memadai. Kondisi tersebut bisa meningkatkan risiko paparan perilaku negatif dan potensi kejahatan daring.
Selain peran pemerintah dan industri, Heru menilai keterlibatan masyarakat khususnya orang tua sangat vital. Orang tua perlu memanfaatkan fitur kontrol orang tua, memantau aktivitas anak saat bermain gim, serta memberikan edukasi tentang bahaya yang dapat muncul di ruang digital. Menurutnya, komunikasi terbuka antara orang tua dan anak menjadi kunci dalam membangun kebiasaan bermain gim yang aman.
Heru juga mengusulkan sejumlah langkah strategis untuk memperkuat perlindungan pengguna anak. Pertama, verifikasi usia berbasis identitas resmi harus menjadi standar wajib. Kedua, platform gim perlu memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi dan memoderasi konten berbahaya sebelum laporan dari pengguna masuk. Ketiga, pemerintah harus berani menjatuhkan sanksi berat mulai dari denda hingga pembatasan operasional kepada pihak yang melanggar. Keempat, seluruh platform wajib mematuhi ketentuan perlindungan anak sesuai PP Tunas. Kelima, Kemkomdigi perlu menginisiasi kampanye edukasi nasional yang menyasar orang tua dan anak, agar mereka paham cara mengakses gim dengan aman.