Perekat di Tengah Perbedaan dalam Masyarakat Multikultural
Di masyarakat multikultural, gotong royong punya peran yang lebih vital lagi: sebagai perekat sosial. Ketika orang-orang dari latar belakang berbeda – beda agama, beda suku, beda pandangan politik – berkumpul untuk satu tujuan, sekat-sekat perbedaan itu seringkali luntur. Misalnya, saat membangun tempat ibadah komunitas lain, membersihkan lingkungan setelah banjir yang melanda semua, atau menggelar acara kebudayaan bersama. Di momen-momen inilah gotong royong menunjukkan kekuatannya sebagai pemersatu.
Lewat aktivitas gotong royong, masyarakat belajar untuk saling memahami dan menghargai. Interaksi langsung dan kerja sama fisik mendorong komunikasi, memecah prasangka, dan membangun kepercayaan. Mereka melihat bahwa di balik perbedaan identitas, ada tujuan bersama, ada kemanusiaan yang sama, dan ada kepentingan yang sama untuk hidup berdampingan secara damai. Gotong royong menjadi sarana efektif untuk memperkuat toleransi dan kerukunan, mencegah potensi konflik yang bisa muncul dari keberagaman.
Manfaat Sosial dan Ekonomi dari Semangat Gotong Royong
Selain sebagai perekat, gotong royong juga memberikan manfaat sosial dan ekonomi yang konkret dalam masyarakat. Secara sosial, gotong royong membangun modal sosial yang kuat: kepercayaan, jaringan, dan norma timbal balik. Komunitas dengan modal sosial tinggi cenderung lebih tangguh menghadapi masalah, lebih mudah menyelesaikan konflik, dan punya kualitas hidup yang lebih baik. Ada rasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar.
Secara ekonomi, gotong royong bisa jadi solusi efisien untuk berbagai masalah. Banyak pekerjaan komunitas yang membutuhkan biaya besar jika dikerjakan secara individual bisa diselesaikan dengan biaya minimal atau bahkan tanpa biaya sama sekali berkat sumbangan tenaga dan pikiran bersama. Ini sangat membantu, terutama bagi komunitas di pedesaan atau mereka yang punya sumber daya terbatas. Contoh paling nyata adalah pembangunan infrastruktur desa, persiapan hajatan besar, atau penanganan bencana alam, di mana kekuatan gotong royong bisa menghemat waktu dan sumber daya.