"Saat ini kita melihat fenomena takbiran virtual. Ini membuktikan bahwa esensi takbiran tetap bertahan, meskipun bentuknya terus beradaptasi dengan zaman," ujar Ahmad.
Keunikan Tradisi Takbiran di Berbagai Daerah
Di berbagai wilayah di Indonesia, tradisi takbiran memiliki keunikannya sendiri karena berakulturasi dengan budaya lokal. Beberapa di antaranya adalah:
-
Takbir Keliling di Yogyakarta dan Solo, di mana masyarakat berkeliling kota dengan membawa obor dan bedug.
-
Tellasan Topa’ di Madura, sebuah perayaan khas yang dipadukan dengan tradisi lokal.
-
Rateb Meuseukat di Aceh, berupa seni tarian sufistik yang menggambarkan kebesaran Allah.
-
Takbiran Bararak di Minangkabau, Sumatera Barat, yang dilakukan dengan pawai keliling.
-
Mappadendang di Bugis-Makassar, Sulawesi Selatan, yang diiringi bunyi tabuhan lesung sebagai simbol rasa syukur.
"Masyarakat Nusantara sangat inklusif, tidak hanya menghargai ajaran Islam tetapi juga merangkul kebudayaan lokal. Semua lapisan masyarakat, baik di kota maupun di pelosok, ikut terlibat dalam tradisi ini," tambah Ahmad.
Takbiran: Malam Spiritualitas atau Sekadar Euforia?
Seiring berkembangnya zaman, takbiran di beberapa daerah berubah menjadi ajang kompetisi, seperti lomba bedug terbesar, replika masjid paling megah, atau pawai takbir yang paling meriah. Bahkan, tak jarang perayaan ini juga diiringi dengan petasan dan kembang api yang berlebihan, yang justru menghilangkan makna sakral dari takbiran itu sendiri.