Rencana untuk meningkatkan produksi ini diharapkan dapat mengurangi tekanan terhadap angka impor LPG, yang selama ini menjadi salah satu faktor utama penyumbang defisit dalam neraca migas Indonesia. Melalui koordinasi yang lebih intensif dengan Kementerian ESDM, Pertamina sedang mengidentifikasi peluang untuk mengoptimalkan produksi dari kilang yang sudah ada.
Di sisi lain, Pertamina juga terus berkomitmen untuk mendorong penggunaan energi alternatif di rumah tangga, termasuk melalui pengembangan Dimethyl Ether (DME) sebagai pengganti LPG. Hal ini bertujuan untuk mendiversifikasi sumber energi yang digunakan dalam rumah tangga.
"Di samping itu, kami juga berusaha untuk memperluas jaringan gas. Dengan terealisasinya jaringan gas yang lebih luas, kami berharap bisa semakin memanfaatkan gas alam untuk kebutuhan rumah tangga, sehingga mengurangi ketergantungan kita akan LPG yang diimpor," ungkap Simon lebih lanjut.
Pertamina menargetkan pembangunan sebanyak 200.000 sambungan jaringan gas rumah tangga (jargas) setiap tahunnya. Namun, hingga pertengahan tahun ini, realisasi sambungan baru mencapai sekitar 60.000. Simon mengakui bahwa pengembangan jargas masih menghadapi berbagai tantangan, terutama di daerah-daerah kepulauan yang sulit dijangkau.