Perjalanan karir militer Soedirman terus menanjak, hingga pada tahun 1944, ia dipercaya untuk memimpin Divisi Siliwangi sebagai panglima. Kepemimpinannya yang kuat dan strategis membuatnya diangkat menjadi panglima besar Tentara Republik Indonesia (TRI) yang kemudian menjadi cikal bakal TNI. Pada masa perjuangan kemerdekaan, Soedirman memimpin pasukan dengan penuh semangat dan kesetiaan, menghadapi berbagai rintangan dan tekanan dari penjajah.
Salah satu momen epik dalam perjuangan Soedirman adalah ketika ia terpaksa harus memimpin pasukan dari dalam hutan karena tekanan serbuan dari penjajah yang lebih kuat. Meskipun dalam kondisi fisik yang lemah akibat penyakit tuberkulosis, Soedirman tetap berjuang keras dan memberikan semangat kepada pasukannya. Keberanian dan keteguhannya dalam memimpin perang gerilya membuatnya diakui sebagai pahlawan dan inspirator bagi para pejuang kemerdekaan.
Namun, perjuangan Soedirman tidak berakhir setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan. Kesehatannya terus menurun akibat penyakitnya, dan pada 29 Januari 1950, dunia kehilangan salah satu sosok pejuang terbaiknya. Warisan perjuangan dan dedikasi Soedirman terhadap bangsa dan negara terus dikenang hingga kini. Nama dan jasanya diabadikan sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia yang memiliki peran penting dalam mencapai kemerdekaan.