Pendidikan dan Kebangkitan Kesadaran Nasional
Pada awalnya, pendidikan yang diberikan oleh pemerintah kolonial Belanda sangat terbatas dan diskriminatif, hanya untuk golongan elit atau mereka yang dibutuhkan untuk posisi rendah dalam birokrasi. Namun, kebijakan Politik Etis di awal abad ke-20 membuka pintu sedikit lebih lebar untuk pendidikan bagi kaum pribumi. Sebagian kecil pemuda-pemudi Indonesia, seperti Soekarno, Hatta, dan Sutan Syahrir, mendapat kesempatan untuk belajar di sekolah-sekolah tinggi, bahkan hingga ke Belanda.
Pendidikan inilah yang menjadi katalisator bagi kebangkitan kesadaran nasional. Para pemuda terdidik ini tidak hanya belajar ilmu pengetahuan, tetapi juga ide-ide tentang nasionalisme, demokrasi, dan hak asasi manusia dari dunia barat. Mereka mulai menyadari penindasan yang dialami bangsanya dan menggunakan pengetahuan itu untuk mengorganisir pergerakan kemerdekaan. Tanpa akses pendidikan, yang meski terbatas, sangat mungkin kesadaran akan identitas "Indonesia" akan tumbuh lebih lambat.
Peran Penjajahan Jepang dalam Mempercepat Kemerdekaan
Pendudukan Jepang dari tahun 1942 hingga 1945 adalah periode yang jauh lebih singkat, tetapi dampaknya dalam mempercepat kemerdekaan sangatlah besar. Berbeda dengan Belanda, Jepang bersikap lebih "lunak" terhadap pergerakan nasionalis pada awalnya karena mereka ingin memenangkan simpati rakyat untuk menghadapi Sekutu. Jepang mengizinkan penggunaan bahasa Indonesia secara luas sebagai bahasa pengantar, bahkan melarang penggunaan bahasa Belanda dan Inggris. Hal ini secara signifikan memperkuat bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa.
Selain itu, Jepang juga membentuk berbagai organisasi semi-militer seperti PETA (Pembela Tanah Air) dan Heiho untuk melatih pemuda Indonesia. Meskipun tujuannya adalah untuk membantu Jepang dalam perang, pelatihan militer ini memberikan pengalaman dan keterampilan yang sangat berharga bagi para pemuda. Setelah Jepang kalah, para pemuda yang terlatih ini menjadi inti kekuatan militer dan menjadi tulang punggung Tentara Keamanan Rakyat (TKR), cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI), yang berperang mempertahankan kemerdekaan. Tanpa pelatihan militer dari Jepang, sangat mungkin perjuangan fisik untuk mempertahankan kemerdekaan akan jauh lebih berat.