Selama pidatonya di depan para Menteri Luar Negeri G20, Retno menjelaskan tiga poin penting. Pertama, perlunya keterwakilan yang lebih baik dalam tata kelola global. Reformasi diharapkan dapat memperhatikan realitas dunia saat ini, di mana negara-negara Global South mewakili 85 persen populasi dunia dan memiliki kontribusi ekonomi yang semakin besar. Dengan demikian, sistem ini diharapkan lebih inklusif, representatif, dan efisien.
Kedua, Retno menekankan pentingnya memajukan kepercayaan strategis dan keadilan. Hanya dengan tindakan yang sesuai dengan kewajiban mereka, terutama terkait dengan pendanaan iklim dan pembangunan berkelanjutan, kepercayaan antarnegara dapat dipulihkan. Diperlukan upaya nyata untuk menjembatani kesenjangan antara komitmen global dan tindakan nyata di lapangan.
Ketiga, adaptasi terhadap tantangan-tantangan baru menjadi fokus terakhir dari pidato Retno. Hal ini termasuk kebutuhan akan kerangka baru untuk tata kelola digital, regulasi siber, dan kecerdasan buatan (AI). Hal ini penting untuk memastikan bahwa kemajuan teknologi dapat dinikmati oleh semua pihak, bukan hanya segelintir orang. Aksi nyata dalam menghadapi perubahan iklim juga harus ditingkatkan.