"Jika tidak ada pemberitahuan sebelumnya, kami tidak akan mengerti bahwa barang ini hibah. Setelah kami mengetahui, kami memberikan jalan keluar," kata Askolani.
"Dengan koordinasi kami kepada SLB, DHL, dan Dinas Pendidikan yang meyakinkan bahwa ini hibah yang tidak dikenakan bea masuk atau pajak dalam rangka impor, biayanya nol, sehingga kami merespons dengan cepat setelah mendapatkan informasi itu," tambahnya.
Kepala SLB-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta, Dede Kurniasih, mengaku senang karena akhirnya barang tersebut bisa diterima pihaknya. Dia menyatakan bahwa keyboard braille dari Korea Selatan sangat dibutuhkan karena belum tersedia di Indonesia.
"Alat ini sangat dibutuhkan dan ditunggu oleh anak-anak. Kami sangat senang dapat menerimanya, semoga alat ini dapat membantu pembelajaran, terutama bagi siswa tuna netra agar dapat belajar dengan lebih maksimal," ungkap Dede.