Berdasarkan laporan dari World Health Organization (WHO), lebih dari 15.000 bayi lahir di Gaza setiap tahunnya, dan banyak dari mereka memerlukan perawatan intensif. Namun, dengan penutupan perbatasan yang berkelanjutan, pasokan medis, termasuk susu formula, menjadi semakin langka. Ini menimbulkan keprihatinan yang mendalam atas masa depan kesehatan bayi-bayi di Gaza. Para dokter di Jalur Gaza memperingatkan bahwa tanpa perhatian segera dan bantuan internasional, risiko kematian bayi-bayi ini akan meningkat secara dramatis.
Di dalam rumah sakit yang tertekan dengan keterbatasan sumber daya, para dokter dan perawat berjuang untuk memberikan perawatan terbaik kepada pasien mereka. Tak jarang, mereka terpaksa menggunakan susu formula yang telah kedaluwarsa atau mengencerkan susu yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. Situasi ini tidak hanya menambah beban stres bagi tenaga medis, tetapi juga membuat mereka merasakan ketidakberdayaan dalam menyelamatkan nyawa yang seharusnya dapat diselamatkan.
Krisis ini mempengaruhi seluruh masyarakat, di mana banyak orang tua merasa putus asa saat menyaksikan kondisi bayi mereka memburuk. Beberapa ibu yang baru melahirkan terpaksa berjuang dengan masalah psikologis akibat kehilangan harapan untuk memberikan yang terbaik bagi anak mereka. Dukungan emosional menjadi kebutuhan yang sama pentingnya, namun, di tengah situasi yang sulit ini, banyak rumah sakit tidak mampu memberikan layanan dukungan psikologis yang diperlukan.