Selain itu, media sosial juga rentan terhadap penyebaran informasi palsu atau disinformasi. Berita bohong, rumor, atau narasi yang memecah belah bisa dengan mudah menyebar dan merusak kredibilitas sebuah gerakan. Tidak adanya filter yang ketat membuat para aktivis harus berjuang keras untuk memastikan kebenaran informasi yang mereka sebarkan. Perdebatan internal yang seharusnya terjadi secara privat bisa terekspos ke publik, yang bisa memicu perpecahan dan merusak persatuan gerakan.
Tantangan lainnya adalah fenomena aktivisme slacktivism, di mana orang-orang merasa sudah berkontribusi hanya dengan "like" atau "share" sebuah konten, tanpa benar-benar turun ke jalan atau melakukan tindakan nyata. Ini bisa menciptakan ilusi dukungan yang besar, tanpa adanya partisipasi fisik yang diperlukan untuk membuat perubahan signifikan.
Masa Depan Aktivisme Digital
Media sosial telah mengubah wajah demonstrasi secara permanen. Ia telah memberikan suara kepada kelompok-kelompok yang sebelumnya tidak terdengar, memfasilitasi mobilisasi massal yang belum pernah ada sebelumnya, dan membangun jaringan solidaritas global. Hal ini juga memaksa para aktivis untuk lebih strategis dan berhati-hati dalam menggunakan platform digital.