Alasan penolakan terhadap Patung Dewi Kencana sebagian besar dikaitkan dengan ketidaksesuaian patung itu dengan kearifan lokal. Camat Cisarua, Heri Risnandar, menjelaskan bahwa masyarakat Puncak Bogor menolak patung tersebut karena dinilai tidak sesuai dengan sejarah dan budaya lokal. Wilayah Puncak Bogor dipandang sebagai bagian dari sejarah Kerajaan Pajajaran, sedangkan Dewi Kencana merupakan tokoh dari Kerajaan Majapahit. Konflik sejarah antara dua kerajaan ini menjadi salah satu alasan kuat penolakan terhadap patung tersebut.
Pihak Pakis Hills, melalui Jatnika, menyatakan bahwa Patung Dewi Kencana sama sekali tidak berkaitan dengan Kerajaan Majapahit. Menurutnya, patung ini dibuat untuk mendukung potensi wisata di Puncak Bogor, yang terbukti dari lambang daun teh yang dipegang oleh patung tersebut. Namun, pandangan ini masih menuai pertentangan dan perdebatan di tengah masyarakat.