"Demokrat dan orang-orang gila tidak hanya menyerukan kekerasan yang memalukan terhadap Trump dan keluarganya, mereka bahkan menjadikan sistem peradilan sebagai senjata melawannya," ujar Cheung.
Cheung merujuk pada berbagai tuntutan hukum yang dihadapi Trump, termasuk lebih dari 80 tuduhan kriminal terkait upayanya membatalkan kekalahan dalam Pilpres AS 2020, kasus penahanan dokumen rahasia usai masa kepresidenannya, serta kasus pembayaran uang tutup mulut. Trump sendiri telah berulang kali menyatakan bahwa semua tuntutan hukum terhadapnya bermotif politik.
3. Biden ungguli Trump dalam penggalangan dana kampanye
Polemik terbaru mencerminkan kontestasi menuju Pilpres AS November mendatang yang terus memanas. Saat ini, elektabilitas Biden tengah menanjak di sejumlah negara bagian usai pidato kenegaraannya. Kampanye mantan wakil Presiden Barrack Obama itu juga melaporkan keunggulan puluhan juta dolar AS dalam penggalangan dana dibandingkan Trump.
Di pemakaman, Trump menyebut pembunuhan polisi sebagai hal yang mengerikan dan memuji polisi sebagai orang-orang hebat. Namun, komentar Trump juga tak luput dari kritik mengingat puluhan petugas Capitol terluka akibat penyerangan oleh pendukungnya pada pada 2021 lalu.
Sebagai mantan presiden yang masih berpengaruh dalam politik Amerika Serikat, tindakan Trump dalam menyebarkan konten kontroversial di media sosial dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap suasana politik di negara tersebut. Hal ini dapat menciptakan polarisasi masyarakat serta memperlebar jurang antara pendukungnya dan pendukung kubu lawan.
Perilaku Trump yang dinilai menghasut kekerasan politik juga memunculkan keprihatinan terhadap stabilitas politik di Amerika Serikat, terutama menjelang Pemilu Presiden yang semakin memanas. Tindakan seperti ini dapat memberikan contoh buruk bagi masyarakat dalam berdemokrasi dan berperilaku politik, serta membuka peluang terjadinya konflik yang lebih besar di tengah-tengah masyarakat.