Hizbullah, organisasi Syiah di Lebanon, telah lama menjadi aktor utama dalam konflik Israel-Palestina dan konflik di wilayah Timur Tengah secara keseluruhan. Selama bertahun-tahun, Hizbullah telah menjadi ancaman bagi Israel, terlibat dalam serangkaian konfrontasi militer dan serangan roket lintas perbatasan. Namun, baru-baru ini muncul indikasi bahwa Hizbullah bersedia untuk menghentikan serangan terhadap Israel jika kesepakatan tercapai di wilayah Gaza.
Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, pada Rabu (10/7) menyatakan bahwa kelompoknya akan menghentikan serangan ke Israel jika gencatan senjata di Jalur Gaza tercapai.“Siapa pun yang mengancam kami dengan serangan… harus melihat apa yang sedang terjadi di Rafah (di Gaza selatan), di mana mereka gagal meraih kemenangan,” kata Nasrallah dalam pidatonya yang disiarkan di TV.
Pada Selasa (9/7) Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, mengancam akan berperang dengan Hizbullah jika kelompok tersebut tidak angkat kaki dari Sungai Litani di Lebanon selatan. Sungai Litani berjarak hanya beberapa kilometer dari perbatasan dan diatur dalam resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 yang mengakhiri perang dengan Israel pada 2006.“Mendorong Hizbullah delapan atau 10 kilometer dari perbatasan seperti yang diklaim pendudukan (Israel) tidak akan menyelesaikan masalah,” kata Nasrallah.