Tarif HP dan Komputer Masih “Menggantung”
Pada Jumat lalu, Gedung Putih sempat memberikan angin segar kepada industri dengan mengumumkan pengecualian tarif resiprokal untuk smartphone dan komputer asal China. Namun, menurut Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick, itu tidak berarti produk-produk tersebut akan bebas dari tarif sepenuhnya.
“Produk-produk itu tetap akan termasuk dalam tarif semikonduktor, yang akan difinalisasi dalam satu atau dua bulan ke depan,” ungkap Lutnick.
Dengan demikian, meskipun tidak terkena tarif resiprokal sebesar 145%, perangkat seperti iPhone dan laptop akan tetap dikenakan tarif dalam bentuk lain—membuat kebijakan ini tampak membingungkan dan berubah-ubah.
China Membalas, Pasar Global Waswas
Menanggapi ancaman tarif dari AS, China memberlakukan tarif balasan sebesar 125% atas sejumlah barang impor asal Amerika Serikat. Langkah ini menjadi sinyal jelas bahwa perang dagang belum akan mereda dalam waktu dekat.
Di tengah memanasnya situasi, sejumlah ekonom dan tokoh penting menyuarakan kritik tajam terhadap pendekatan Trump. Senator dari Partai Demokrat, Elizabeth Warren, menyebut kebijakan tarif ini tak lebih dari kekacauan yang sarat dengan kepentingan tertentu.
“Tak ada kebijakan tarif, yang ada hanya chaos dan korupsi,” tegas Warren.
Sementara itu, Ray Dalio, pendiri hedge fund terbesar di dunia, juga mengungkapkan kekhawatiran serius atas dampak jangka panjang tarif ini terhadap ekonomi global. Dalam wawancara dengan NBC, Dalio menyatakan bahwa AS saat ini berada di ambang resesi, dan langkah-langkah Trump bisa mempercepat terjadinya krisis.
“Saat ini kita berada pada titik pengambilan keputusan yang sangat penting, dan sangat dekat dengan resesi,” ujarnya.
Strategi atau Taktik Sesaat?
Dengan pengumuman yang tampak kontradiktif dan sering berubah, banyak pengamat bertanya-tanya: Apakah strategi Trump dalam perang dagang ini benar-benar terencana, atau hanya langkah spontan untuk kepentingan politik sesaat?