Ia juga menambahkan bahwa para CEO dari perusahaan besar telah menyampaikan kekhawatiran mereka secara langsung kepada pemerintah, dan akhirnya, suara mereka didengar. "Jika tarif itu diterapkan tanpa kompromi, maka kita akan melihat kehancuran besar-besaran di sektor teknologi," tegas Ives.
Sementara itu, CBP juga menyampaikan bahwa pengecualian tarif ini berlaku secara retroaktif untuk produk-produk yang telah dikirim dari gudang sejak 5 April 2025. Hal ini memberikan kejelasan hukum dan kelegaan finansial bagi para importir di Amerika, yang sebelumnya khawatir harus menanggung beban tarif tinggi setelah barang mereka tiba di pelabuhan dan diproses oleh pihak bea cukai.
Kebijakan baru ini membawa harapan bahwa pemerintahan Trump akan tetap mempertimbangkan dampak nyata di lapangan sebelum menerapkan langkah-langkah ekonomi besar yang bisa memicu instabilitas. Meski begitu, sorotan tetap tajam tertuju pada langkah selanjutnya yang akan diambil Gedung Putih, apakah pengecualian ini akan menjadi permanen, atau hanya menjadi jeda taktis di tengah strategi negosiasi dagang yang lebih luas terhadap China.
Dengan ketegangan perdagangan yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda, keputusan ini hanya menjadi satu bab dari drama panjang antara dua raksasa ekonomi dunia. Namun satu hal jelas — teknologi adalah medan pertempuran utama, dan nasibnya kini sedang dipertaruhkan.