Awal Revolusi
Pada tahun 1978, serangkaian demonstrasi besar-besaran dimulai di berbagai kota di Iran. Demonstrasi ini sering kali berujung pada bentrokan dengan pasukan keamanan yang menyebabkan banyak korban jiwa. Ayatollah Khomeini, yang telah diasingkan ke Irak dan kemudian ke Prancis, menjadi simbol perlawanan terhadap Shah. Khomeini menggunakan media internasional untuk menyebarkan pesan revolusionernya, yang semakin menarik dukungan dari berbagai lapisan masyarakat Iran.
Puncak Revolusi
Pada akhir 1978, situasi semakin tidak terkendali. Shah meninggalkan Iran pada 16 Januari 1979, untuk berobat ke luar negeri, yang secara efektif menandakan berakhirnya kekuasaannya. Pada 1 Februari 1979, Ayatollah Khomeini kembali ke Iran disambut oleh jutaan pendukungnya. Pada 11 Februari 1979, pasukan yang setia kepada Shah menyerah kepada pasukan revolusioner, dan Republik Islam Iran resmi didirikan.
Kelahiran Republik Islam
Dengan kejatuhan Shah, Iran mengalami perubahan dramatis dalam struktur politik dan sosialnya. Ayatollah Khomeini menjadi pemimpin tertinggi Iran, dan konstitusi baru yang menggabungkan prinsip-prinsip Islam dengan pemerintahan republik disusun. Konstitusi ini, yang disahkan melalui referendum pada Desember 1979, memberikan kekuasaan yang besar kepada pemimpin tertinggi, yang dikenal sebagai "Rahbar", serta menetapkan dewan ulama untuk mengawasi legislatif.
Dampak dan Konsekuensi
Revolusi Iran membawa dampak yang signifikan baik di dalam negeri maupun di kancah internasional. Di dalam negeri, pemerintah baru memulai proses Islamisasi masyarakat, yang mencakup penerapan hukum syariah dan perubahan dalam sistem pendidikan serta peran perempuan dalam masyarakat. Banyak pendukung Shah dan mereka yang dianggap bersekongkol dengan kekuasaan lama diadili dan dihukum mati.