Nilai tukar rupiah ini melemah secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir, tercatat pada Rp16.370/US$ pada Juni 2024. Hal ini membuat Bank Indonesia (BI) terpaksa melakukan stabilisasi nilai tukar dengan membeli rupiah dan menjual dolar melalui cadangan devisa (cadev). Namun, penyusutan nilai tukar ini kemudian membuat investor asing kabur, lantaran untuk meminimalisir nilai kerugian dari kurs.
Penyusutan cadev terus terjadi sejak mencapai level tertinggi pada akhir 2023 lalu sebesar US$ 146 miliar, turun tiap bulan hingga mencapai titik terendah pada April 2024 di US$ 134 miliar. Situasi ini mengindikasikan bahwa pasokan dolar AS di pasar menjadi terbatas, kemudian menyebabkan kebutuhan cadangan devisa untuk stabilisasi nilai tukar semakin meningkat.
Salah satu alasan dari masih sedikitnya DHE yang masuk ke perbankan Indonesia adalah karena eksportir lebih memilih untuk menaruh uang ekspornya di Singapura. Hal ini disebabkan oleh bunga deposito valuta asing yang lebih tinggi di Singapura daripada di Indonesia.