Di sisi lain, menurut para peneliti lokal, anak-anak di Albania merupakan sebagian besar pengguna TikTok di negara tersebut. Kekhawatiran muncul dari orang tua setelah adanya laporan tentang kehadiran senjata tajam dan benda-benda berbahaya di lingkungan sekolah, yang diduga terkait dengan konten-konten yang mereka saksikan di TikTok.
Tindakan pemerintah Albania ini diambil karena kekhawatiran akan dampak negatif dari konten-konten di TikTok yang dianggap meresahkan masyarakat. Meskipun TikTok telah mengklarifikasi bahwa tidak ada keterlibatan langsung dari platform mereka terhadap kasus-kasus kekerasan dan perundungan, namun pernyataan itu tidak sepenuhnya meredakan kekhawatiran dari pemerintah setempat.
Pentolan Albania juga menyoroti perbedaan perilaku TikTok di China, tempat induk perusahaan, ByteDance, berkantor pusat. Mereka menekankan bahwa konten TikTok di China promosi pada nilai-nilai positif, seperti pembelajaran dan pelestarian lingkungan.
Edi Rama juga menegaskan bahwa Albania terlalu kecil untuk menekan ByteDance dalam membuat perubahan algoritma TikTok. Ia menuliskan bahwa keadaan tersebut menjadi kendala dalam upaya menekan konten yang dinilai merugikan.
Sebagai langkah perlindungan, pemerintah Albania telah merencanakan serangkaian tindakan di lingkungan sekolah, mulai dari peningkatan kehadiran polisi, program pelatihan, hingga kerja sama yang lebih erat dengan orang tua dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul dari konten-konten di TikTok.