Ketegangan yang semakin meningkat ini juga berimbas pada pihak-pihak yang terkait, termasuk staf diplomatik di Israel yang lebih berhati-hati dalam menyusun rencana keamanan. Meskipun pemerintah belum mengeluarkan saran baru apa pun kepada masyarakat, mereka tetap memberikan panduan yang sudah ada untuk menyediakan air, makanan selama tiga hari, dan obat-obatan penting. Hal ini juga diamini oleh radio Israel yang melaporkan bahwa pihak berwenang setempat telah diberitahu untuk bersiap menghadapi kemungkinan serangan, termasuk dengan menilai kesiapan tempat penampungan umum.
Tak hanya itu, militer Israel juga telah melakukan berbagai langkah preventif di antaranya membatalkan cuti pulang bagi pasukan tempur, memperkuat pertahanan udara, dan memanggil pasukan cadangan. Langkah ini dilakukan bagi mengantisipasi respons yang mungkin dari Iran setelah serangan rudal di konsulat Iran di Damaskus, Suriah, mengakibatkan tewasnya sejumlah pemimpin senior militer Iran.
Dalam upaya untuk mengendalikan situasi, para pejabat di beberapa negara telah berusaha mencegah Iran agar tidak melancarkan serangan terhadap Israel karena dapat memicu perang regional yang lebih luas. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga telah melakukan langkah diplomasi dengan berbicara kepada menteri luar negeri Tiongkok, Arab Saudi, dan Turki untuk mencoba meyakinkan mereka agar menggunakan pengaruhnya terhadap Iran.
Ketika kekuatan-kekuatan besar menunjukkan ketegangan di tingkat diplomasi, warga sipil di Israel, serta di wilayah sekitar, merasa cemas akan kemungkinan terjadinya serangan. Konflik-konflik yang terus berlangsung di kawasan tersebut turut melibatkan berbagai pihak, termasuk kelompok Hizbullah Lebanon yang didukung Iran, gerakan Houthi Yaman, serta perang saat ini di Gaza yang melibatkan Hamas dan Israel.