Tembok pemisah tersebut juga merintangi hampir 3 juta warga Palestina di Tepi Barat dari bepergian ke Yerusalem Timur, menjadikan isolasi Yerusalem Timur dari kawasan Palestina di Tepi Barat semakin terasa dalam hari-hari raya seperti Idul Adha. Bahkan, melaksanakan ibadah di Masjid Al-Aqsa, meski tampak di pelupuk mata, hanya menjadi angan belaka bagi jutaan rakyat Palestina.
Dampak tembok pemisah ini juga terlihat dari laporan PBB yang menyebutkan bahwa tembok tersebut menyebabkan kerugian ekonomi sebesar 194 juta dolar AS (Rp3,18 triliun) bagi Palestina setiap tahunnya. Hal ini juga mengakibatkan perjalanan menjadi lebih sulit dan memakan waktu lebih lama. Apabila tak ada halangan, bepergian dari pusat kota Yerusalem Timur ke Abu Dis yang berjarak hanya beberapa kilometer seharusnya cukup memerlukan waktu beberapa menit, namun saat ini warga Palestina harus mengambil jalan memutar dan melintasi pos pemeriksaan Israel maupun pemukiman Israel yang didirikan secara ilegal di Tepi Barat. Hal ini membuat perjalanan memakan waktu hingga satu jam, yang semestinya hanya beberapa menit.
Ghazi Jawhar, kepala Asosiasi Hewan Ternak Abu Dis, memberikan insight bahwa agresi yang dilakukan oleh Israel membuat tantangan yang dihadapi masyarakat di Tepi Barat semakin berat. Hal ini terlihat pada harga gabah yang naik karena perang di Ukraina, serta agresi di Gaza yang semakin berdampak buruk bagi hewan ternak kecil. Perang telah membuat lebih dari 300.000 warga Palestina yang bekerja di Israel tak bisa melanjutkan pekerjaan mereka selama delapan bulan terakhir.