Transisi Kepemimpinan dan Perubahan Kebijakan
Dengan terpilihnya Presiden Donald Trump pada 2016, kebijakan terhadap ISIS mengalami perubahan signifikan. Fokus utama di bawah administrasi Trump adalah mempercepat operasi militer untuk menghancurkan ISIS secepat mungkin. Ini termasuk peningkatan intensitas serangan udara dan mengurangi batasan yang dikenakan pada operasi militer. Pada Maret 2019, setelah serangkaian serangan besar dan pertempuran sengit, ISIS kehilangan wilayah terakhir yang dikuasainya di Suriah, dan kelompok tersebut secara resmi kehilangan status "negara" yang pernah mereka klaim.
Tantangan Pasca-Kemenangan dan Upaya Pemulihan
Meskipun wilayah kekuasaan ISIS telah hancur, tantangan tidak berakhir dengan kekalahan militer. Upaya pemulihan di wilayah yang pernah dikuasai ISIS memerlukan waktu dan sumber daya yang signifikan. Amerika Serikat dan mitra internasionalnya telah berfokus pada beberapa aspek penting dalam fase pemulihan ini:
Rekonstruksi Infrastruktur: Mengembalikan infrastruktur dasar seperti listrik, air, dan rumah sakit untuk membantu masyarakat yang terkena dampak konflik.
Program Deradikalisasi: Mengembangkan program untuk mengatasi ekstremisme dan mendukung rehabilitasi mantan pejuang ISIS agar mereka dapat kembali ke kehidupan normal.
Bantuan Kemanusiaan: Menyediakan bantuan kepada jutaan pengungsi dan pengungsi internal yang terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat konflik.
Keamanan dan Stabilitas: Bekerja sama dengan pemerintah lokal dan organisasi internasional untuk memastikan keamanan dan stabilitas di daerah yang sebelumnya dikuasai ISIS.