Kebijakan Amerika Serikat terhadap ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) telah melalui berbagai tahap sejak kelompok teroris ini muncul sebagai ancaman besar di awal dekade 2010-an. Dari intervensi militer hingga upaya pemulihan, strategi AS terhadap ISIS mencerminkan dinamika kompleks dalam politik internasional dan keamanan global.
Latar Belakang dan Munculnya ISIS
ISIS pertama kali dikenal sebagai bagian dari Al-Qaeda di Irak (AQI), tetapi sejak 2013, kelompok ini mulai menyebarluaskan pengaruhnya di Suriah dan Irak. Dengan deklarasi kekhalifahan pada 2014, ISIS memproklamirkan diri sebagai negara Islam yang berdaulat, dan memperluas wilayah kontrolnya dengan kekerasan yang ekstrem dan penegakan hukum yang brutal.
Intervensi Militer Awal
Menanggapi ancaman yang meningkat dari ISIS, Amerika Serikat, di bawah kepemimpinan Presiden Barack Obama, mulai terlibat secara militer pada tahun 2014. Operasi "Inherent Resolve" diluncurkan dengan tujuan untuk menghancurkan kemampuan militer ISIS dan mengurangi pengaruhnya di wilayah-wilayah yang dikuasainya. Intervensi ini melibatkan serangan udara yang intensif, pelatihan dan dukungan kepada pasukan lokal, serta upaya untuk membatasi pendanaan dan aliran senjata ke kelompok tersebut.
Strategi dan Takti yang Diterapkan
Strategi militer AS terhadap ISIS berfokus pada beberapa elemen kunci. Pertama, serangan udara yang dipimpin oleh koalisi internasional bertujuan untuk menghancurkan infrastruktur dan kekuatan tempur ISIS. Kedua, AS mendukung pasukan lokal seperti Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dan angkatan bersenjata Irak untuk merebut kembali wilayah yang dikuasai ISIS. Ketiga, upaya untuk memutuskan jalur pendanaan ISIS, termasuk serangan terhadap sumber daya minyak dan aliran dana dari donor luar.