Konflik Suriah, yang dimulai pada tahun 2011 sebagai bagian dari gelombang Arab Spring, telah menjadi salah satu krisis kemanusiaan dan keamanan yang paling kompleks dan berkepanjangan di era modern. Salah satu faktor utama yang memperburuk krisis ini adalah kemunculan dan perluasan kelompok teroris ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah). ISIS telah memainkan peran krusial dalam merubah dinamika konflik di Suriah dan berdampak besar pada stabilitas kawasan Timur Tengah.
Kemunculan dan Tujuan ISIS
ISIS, atau Negara Islam Irak dan Suriah, muncul dari kelompok Al-Qaeda di Irak (AQI) yang dipimpin oleh Abu Musab al-Zarqawi. Setelah kematian al-Zarqawi dan penurunan AQI, kelompok ini berubah menjadi ISIS di bawah kepemimpinan Abu Bakr al-Baghdadi. ISIS mengklaim mendirikan "khilafah" atau negara Islam yang meliputi wilayah Irak dan Suriah serta menerapkan hukum syariah yang ekstrem.
Pengaruh Terhadap Konflik Suriah
Peningkatan Kekerasan dan Teror
ISIS dikenal karena metode kekerasan yang brutal dan ekstrem, termasuk eksekusi massal, pengeboman bunuh diri, dan perbudakan. Serangan-serangan ini tidak hanya menambah penderitaan warga sipil tetapi juga merusak infrastruktur yang telah hancur akibat perang. Kekejaman ISIS menciptakan ketidakstabilan yang mendalam dan memperburuk krisis kemanusiaan di Suriah.
Perebutan Wilayah
ISIS berhasil merebut wilayah yang luas di Suriah dan Irak, termasuk kota-kota penting seperti Raqqa dan Mosul. Penguasaan wilayah ini memberi ISIS sumber daya yang cukup untuk mendanai operasi militernya dan menarik pejuang asing dari berbagai negara. Hal ini memicu konflik dengan berbagai kelompok bersenjata lain di Suriah, termasuk pasukan pemerintah, milisi Kurdi, dan kelompok pemberontak.