Tampang

Ini Toh Alasan Warga AS Ogah Dipimpin Perempuan, Harris Bisa Kalah?

28 Jul 2024 12:20 wib. 398
0 0
Ini Toh Alasan Warga AS Ogah Dipimpin Perempuan, Harris Bisa Kalah?
Sumber foto: rri.co.id

Survei tersebut menemukan hanya satu dari empat orang dewasa AS yang percaya bahwa sangat atau sangat mungkin AS akan memilih seorang presiden perempuan selama masa hidup mereka.

Mungkin tampak ironis bahwa seorang presiden perempuan terasa tidak terjangkau bagi sebagian besar warga AS ketika perempuan merupakan mayoritas pemilih AS.

Dalam pemilihan presiden terakhir, jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki sekitar 53%. Namun, hal ini tidak serta-merta membuat kemungkinan perempuan untuk menang lebih besar, menurut profesor USC Jane Junn, seorang pakar ilmu politik dan gender.

Perempuan tidak memilih kandidat hanya berdasarkan jenis kelamin, dan kemenangan Trump atas Clinton pada tahun 2016 mencerminkan dinamika ini, ujar Junn, dilansir Newsweek.

Pemilih perempuan secara keseluruhan mendukung Clinton pada tahun 2016, tetapi pemilih perempuan kulit putih mendorong Trump untuk menang, yang mencerminkan rendahnya tingkat kepentingan yang diberikan banyak warga AS terhadap presiden perempuan, terutama di partai Republik, menurut Junn.

Dominasi Trump yang terus berlanjut di ajang utama Partai Republik dan hanya adanya satu penantang perempuan menunjukkan peluang yang sangat besar bagi seorang perempuan untuk berhasil memenangkan nominasi, ujar Junn.

Meskipun sebagian besar orang AS mungkin tidak peduli jika seorang perempuan menjadi presiden selama hidup mereka, itu bukan karena mereka menganggap seorang perempuan tidak siap untuk jabatan tersebut.

Menurut survei tersebut, orang AS tidak menganggap seorang presiden perempuan akan lebih baik atau lebih buruk daripada seorang pria dalam hal kepemimpinan atau berbagai bidang kebijakan. Namun, mereka melihat perbedaan mencolok dalam cara media memperlakukan pria dan wanita yang mencalonkan diri untuk jabatan.

Pengalaman politik seorang kandidat perempuan juga sering dinilai lebih keras daripada pesaing prianya, menurut para ahli.

Wanita dinilai lebih keras jika mereka tampak belajar sambil bekerja, ujar Amanda Hunter, direktur penelitian dan komunikasi di Barbara Lee Foundation, lembaga nirlaba penelitian yang menganalisis bias gender dan pemilihan umum, seperti yang dilaporkan oleh FiveThirtyEight.

Jadi itu berarti mereka harus sangat siap untuk mencalonkan diri, sementara pria dapat mencari tahu sendiri seiring berjalannya waktu.

AS Kalah dari Banyak Negara Soal Pemimpin Perempuan

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?