Danau lava ini telah eksis sejak tahun 1972, dan menjadikan Erebus sebagai salah satu dari sedikit gunung berapi di dunia yang memiliki danau lava yang stabil dalam jangka panjang. Gunung ini secara rutin melepaskan gas vulkanik, uap panas, hingga material piroklastik seperti bom vulkanik—yakni bongkahan batu panas yang meleleh sebagian saat terlontar.
Namun, yang membuat Erebus begitu unik adalah kandungan partikel emas mikroskopik yang terdapat dalam semburan gasnya.
Debu Emas di Udara: Fenomena Langka yang Membingungkan Ilmuwan
Yang mengejutkan para peneliti adalah fakta bahwa gas yang dikeluarkan dari kawah Erebus mengandung kristal emas murni berukuran sangat kecil, tidak lebih dari 20 mikrometer. Kristal-kristal emas ini kemudian tersebar luas oleh angin kutub yang kuat.
Meskipun jumlahnya terlihat kecil, 80 gram per hari dalam bentuk debu emas adalah jumlah yang signifikan jika dikumpulkan. Namun, karena partikelnya sangat kecil dan tersebar luas, proses ekstraksi emas secara komersial dari Erebus sangat tidak memungkinkan. Fokus utama para ilmuwan adalah memahami mekanisme geologis di balik fenomena ini, bukan menambangnya.
Tragedi yang Membekas: Kecelakaan Pesawat di Gunung Erebus
Meskipun kini terkenal karena emasnya, Erebus juga menyimpan kisah kelam. Pada 28 November 1979, pesawat Air New Zealand dengan nomor penerbangan 901 menabrak lereng Gunung Erebus, menewaskan seluruh 257 penumpang dan kru.
Penerbangan itu sebenarnya merupakan tur wisata udara dari Auckland ke Antartika, yang dirancang sebagai perjalanan pulang pergi selama 11 jam. Sayangnya, kesalahan navigasi dan kondisi visual yang buruk menyebabkan pesawat jatuh ke sisi gunung yang tertutup es, menjadi salah satu bencana penerbangan paling tragis di kawasan kutub.