Negara Berkembang Jadi Korban, Negara Maju Jadi Pelaku
Kesenjangan dalam kontribusi dan dampak krisis iklim semakin nyata. Negara-negara berkembang yang menyumbang emisi lebih sedikit justru menjadi pihak yang paling terdampak secara ekonomi dan lingkungan. Sementara negara maju yang menjadi kontributor emisi terbesar sering kali gagal memenuhi janji bantuan iklim.
“Negara-negara kaya terlalu nyaman dengan zona industrialisasi mereka, sementara kami di selatan bumi menanggung konsekuensinya,” ungkap seorang aktivis lingkungan dari Asia Selatan dalam salah satu sesi diskusi forum.
Greenwashing Masih Marak
Tak sedikit korporasi besar dan bahkan pemerintahan negara maju yang terjebak dalam praktik greenwashing — sekadar menampilkan citra ramah lingkungan tanpa tindakan substansial. Label “net-zero” yang digaungkan kerap menjadi jargon pemasaran yang kosong.
Alih-alih transisi nyata ke energi bersih, banyak dari mereka masih mengandalkan skema kompensasi karbon atau penanaman pohon massal yang tidak menyentuh akar persoalan.
Tekanan Meningkat dari Generasi Muda
Di tengah stagnasi politik global, suara generasi muda menjadi makin lantang. Gerakan iklim berbasis komunitas dan kampus menyerukan perubahan radikal terhadap sistem produksi, konsumsi, dan gaya hidup. Aksi protes, boikot, hingga kampanye media sosial terus digaungkan untuk mendorong pemimpin dunia mengambil langkah tegas.