Jean-Pierre menyebut bahwa Biden telah berkonsultasi dengan ahli saraf sebanyak tiga kali terkait dengan pemeriksaan fisik tahunannya. Meskipun tidak menjelaskan kehadiran Cannard di Gedung Putih, ia menduga bahwa hal itu mungkin terkait dengan layanannya merawat beberapa personel militer yang bekerja di kompleks Gedung Putih.
Isu bahwa Biden menderita penyakit telah meningkat sejak presiden berusia 81 tahun tersebut terlihat lemas, tersandung, bahkan bergumam tak jelas saat debat pada 27 Juni lalu melawan Donald Trump. Partai Biden, Demokrat, bahkan mengkritik bahwa dia sepertinya tidak lagi mampu melanjutkan tugas memerintah untuk periode yang akan datang.
Namun, Biden dengan tegas menyatakan bahwa ia akan terus berjuang untuk memperebutkan kursi kepresidenan kembali.
Menurut laporan yang dibuat di Gedung Putih, pernyataan tersebut menekankan bahwa perlakuan medis yang dilakukan pada Presiden Biden merupakan kepatuhan terhadap tata tertib kesehatan umum. Hal ini dilakukan guna memastikan bahwa kesehatan Presiden dapat terjaga dengan baik sehingga ia dapat melanjutkan tugas-tugasnya sebagai kepala negara dengan optimal.
Terkait kontroversi kesehatan Biden, banyak pengamat politik menduga bahwa spekulasi mengenai penyakitnya mungkin memiliki dampak signifikan bagi karir politiknya. Banyak yang memandang bahwa kepercayaan publik terhadap kesehatan fisik dan mental seorang pemimpin sangat penting. Sebagai presiden, tekanan dan tanggung jawab yang diemban oleh Biden sangat besar, sehingga kesehatannya menjadi perhatian tidak hanya bagi warga Amerika Serikat, tetapi juga bagi dunia internasional.
Dalam konteks politik, kesehatan seorang pemimpin dapat mempengaruhi persepsi publik terhadap kemampuannya dalam memimpin negara. Kesehatan yang buruk dapat dianggap sebagai hal yang melemahkan, bahkan dapat memicu spekulasi bahwa presiden tidak lagi mampu melaksanakan tugas-tugasnya dengan optimal.