Eleanor Roosevelt adalah salah satu figur paling berpengaruh dalam sejarah abad ke-20, dikenal sebagai pembela hak asasi manusia dan kesetaraan gender yang gigih. Sebagai Ibu Negara Amerika Serikat dari tahun 1933 hingga 1945, dan sebagai salah satu pendiri Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), peranannya dalam memperjuangkan hak-hak dasar dan kesetaraan gender meninggalkan warisan yang mendalam dan abadi. Artikel ini akan mengulas bagaimana Eleanor Roosevelt berjuang untuk hak asasi manusia dan kesetaraan gender, serta dampak dari perjuangannya dalam konteks sosial dan politik.
1. Awal Karier dan Motivasi Sosial
Eleanor Roosevelt lahir pada 11 Oktober 1884 di New York City, dalam keluarga yang berasal dari kalangan sosial elit. Meskipun memiliki latar belakang yang nyaman, dia merasa tidak puas dengan kehidupan yang hanya berfokus pada kemewahan dan kekuasaan. Kesadaran sosialnya semakin berkembang ketika ia mulai terlibat dalam kegiatan sosial dan amal, terutama dalam mendukung para penyandang cacat dan pekerja migran. Keterlibatannya di organisasi-organisasi seperti Liga Perempuan dan Kesejahteraan Sosial mengarahkan dia untuk memahami lebih dalam tentang ketidakadilan sosial dan kesenjangan ekonomi.
2. Peran sebagai Ibu Negara
Sebagai Ibu Negara, Eleanor Roosevelt tidak hanya berperan sebagai pendamping suaminya, Presiden Franklin D. Roosevelt, tetapi juga sebagai aktivis yang menggunakan platformnya untuk mengadvokasi perubahan sosial. Dia menjadi suara vokal dalam isu-isu penting, seperti hak-hak pekerja dan perbaikan kondisi sosial. Dengan pendekatan yang aktif dan pragmatis, dia memanfaatkan posisinya untuk mempengaruhi kebijakan dan memperjuangkan agenda reformasi yang luas.