Hari Raya Idul Adha jatuh pada 10 Dzulhijjah. Selanjutnya, tiga hari setelahnya, yakni pada 11, 12 dan 13 Dzulhijjah disebut sebagai Hari Tasyrik.Sejak dulu, orang-orang sudah mahfum. Pada hari Idul Adha dan Hari Tasyrik, muslim dilarang berpuasa.
Namun, yang jarang dibahas adalah sejarah dan asal-usul kenapa disebut sebagai Hari Tasyrik dan hikmah besar di baliknya.Hari Tasyrik ini menjadi istimewa dalam Islam. Sebab pada waktu tersebut umat Islam diperbolehkan untuk menyembelih hewan qurban-nya.
Lalu bagaimanakah hari Tasyrik dan asal usul penamaannya?
Telah disinggung sebelumnya, hari Tasyrik erat kaitannya dengan hari raya Idul Adha. Pada waktu tersebut, umat Islam dilarang untuk berpuasa. Larangan tersebut selaras dengan pelaksanaan qurban itu sendiri.
Asal-Usul Penamaan Hari Tasyrik
Tasyrik atau tasyriq dalam bahasa Arab merupakan patron kata masdar dari “syarraqa” yang memiliki arti “matahari terbit atau menjemur sesuatu”. Tasyrik juga diartikan dengan penghadapan ke arah timur (arah sinar matahari).
Syekh Ibnu Manzur (711 H) dalam magnum opusnya Lisan al-Arab menyebutkan terdapat perbedaan pendapat Ulama tentang alasan perbedaan penamaan tasyrik. Kedua pendapat tersebut sebagai berikut: