Angka tersebut juga tidak cukup untuk mengantar Ramaphosa ke kursi kepresidenan, mengingat partai harus memiliki lebih dari 50 persen suara parlemen untuk dapat menjabat sebagai pemimpin negara. Akibatnya, NAC kemudian menggandeng partai lain untuk membentuk pemerintah persatuan nasional, termasuk di antaranya Aliansi Demokratik (DA), Partai Kebebasan Inkatha, Aliansi Patriotik, dan partai kecil berhaluan kiri-tengah, GOOD.
Kesepakatan tersebut membawa Ramaphosa meraih 283 dari 400 kursi parlemen, sehingga memungkinkan dirinya untuk kembali menjadi presiden Afrika Selatan. Pada pekan lalu, Ramaphosa juga menyatakan, "Sekali lagi akan menjadi sebuah keistimewaan dan kesenangan untuk sekali lagi mengabdi pada bangsa ini," yang menunjukkan komitmennya dalam memimpin negara tersebut.
Cyril Ramaphosa pertama kali menjabat sebagai presiden pada tahun 2018, ketika dia menggantikan Jacob Zuma yang dipaksa mundur sebelum masa jabatannya habis karena tuduhan korupsi. Kemudian, pada tahun 2019, Ramaphosa diangkat kembali menjadi presiden untuk satu periode selama lima tahun.
Selama kepemimpinannya, Ramaphosa telah meluncurkan gerakan anti korupsi dan mereformasi sistem energi yang dianggap runtuh di Afrika Selatan. Namun, tantangan ekonomi tetap ada, terutama dengan melemahnya ekonomi dan meningkatnya tingkat pengangguran di negara tersebut.