”Jadi memang, banjir di Kabupaten Bandung ini berdampak kerugian kepada UMKM serta berbagai jenis usaha dalam skala mengengah dan besar,” tuturnya.
Selain itu, kata Yus, usaha pertanian dan peternakan rakyat pun turut merugi. Sawah yang baru memasuki musim tanam tergenang air dan tanamannya rusak. Sedangkan untuk peternakan, berdasarkan informasi yang diterimanya, banyak ternak domba milik warga yang hanyut dan mati.
”Masalah ini yang harus dipikirkan oleh pemerintah Bandung. Untuk segera mencari jalan keluar yang komprehensif dan bersifat permanen. Sebab, banjir yang terus berulang ini merugikan banyak pihak,” tuturnya lagi.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperin) Kabupaten Bandung Poppy Hopipah menjelaskan, akibat banjir, mengakibatkan terhambatnya proses produksi dan distribusi produk berdampak juga dengan kenaikan harga bahan baku bagi para pengusaha yang bergelut di bidang Industri Kecil dan Menengah (IKM).
”Dampak banjir, ada kenaikan harga bahan baku, tapi tak signifikan. Seperti dendeng dan rangginang, karena dampak cuaca juga di musim dengan curah hujan yang tinggi seperti ini, kalau ditanya soal dampak, ya pastinya ada, tapi tidak signifikan yang pasti omzet pastinya menurun,” ungkap Poppy
Lebih lanjut lagi Poppy menerangkan, selain IKM, sejumlah pabrik-pabrik yang ada di Kabupaten Bandung, pastinya ikut terdampak. Dia pernah menerima laporan jika truk yang hendak mengirimkan barangnya ke Jakarta terpaksa menepi di Rancaekek, tepatnya di depan pabrik PT. Kahatex.