Meskipun belum ada kesimpulan tegas mengenai pelaku serangan, insiden ini telah memicu reaksi keras dari pihak Israel. Pada Minggu, Israel mengumumkan bahwa mereka menargetkan beberapa lokasi Hizbullah di seluruh Lebanon dan mengatakan kelompok tersebut telah melewati "garis merah" dan akan "membayar harga yang mahal".
Keputusan tentang bagaimana menanggapi insiden di Majdal Shams akan diputuskan pada pertemuan kabinet keamanan Israel pada minggu mendatang. Hukum Israel mewajibkan setiap keputusan mengenai tindakan militer yang dapat menyebabkan perang harus diambil secara multilateral di kabinet.
Omar Baddar, seorang analis politik Timur Tengah, menekankan bahwa perlu adanya penyelidikan independen untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi dalam insiden ini. Beliau juga menyatakan bahwa tidak ada pihak di wilayah tersebut yang memiliki kepentingan politik atau militer dalam menargetkan pertandingan sepak bola anak-anak di Dataran Tinggi Golan yang diduduki. Kemudian, Randa Slim, seorang peneliti senior di Middle East Institute di Washington, DC, menyatakan bahwa Israel dan Hizbullah tidak tertarik pada perang habis-habisan, mengingat dampak secara keseluruhan yang akan ditimbulkan.
Sekalipun demikian, respons dari Iran dalam insiden ini juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan. Teheran telah memberikan peringatan kepada Israel agar tidak melakukan "petualangan baru" apapun, dengan menyebut insiden di Majdal Shams sebagai "skenario yang dibuat-buat" yang dirancang untuk mengalihkan perhatian dari lebih dari 39.000 warga Palestina yang tewas di Jalur Gaza. Iran juga menegaskan bahwa apabila terjadi eskalasi lebih lanjut, maka Israel akan bertanggung jawab atas akibat dan reaksi negatif yang tidak terduga dari perilaku tersebut.