Di dapur Asia, ada tiga jenis mie yang seringkali membuat bingung karena penampilannya yang serupa: bihun, soun, dan misoa. Meskipun ketiganya sama-sama berbentuk seperti benang-benang tipis, asal bahan, tekstur, dan penggunaannya dalam masakan sangat berbeda. Mengenali perbedaan mendasar dari ketiganya tidak hanya memperkaya wawasan kuliner, tetapi juga membantu memilih bahan yang tepat agar masakan terasa lebih nikmat dan otentik.
Bihun: Si Putih yang Kenyal dan Serbaguna
Bihun, atau dikenal juga sebagai rice vermicelli, adalah jenis mie yang paling umum ditemui di Indonesia. Sesuai namanya, bihun terbuat dari tepung beras. Karakteristik utamanya adalah warnanya yang putih bersih, teksturnya yang sedikit lebih tebal dari soun dan misoa, serta rasanya yang cenderung hambar. Sebelum diolah, bihun kering perlu direndam air panas hingga melunak.
Ketika dimasak, bihun memiliki tekstur yang kenyal dan tidak terlalu licin. Karena terbuat dari tepung beras, bihun cenderung mudah putus saat dimakan, tidak selentur soun. Sifatnya yang serbaguna membuat bihun cocok diolah menjadi berbagai masakan. Kita bisa menemukannya dalam hidangan berkuah seperti soto atau bakso, digoreng dengan bumbu kecap pedas, atau bahkan diisi dalam lumpia. Sifatnya yang mudah menyerap bumbu menjadikannya pilihan favorit untuk masakan yang kaya rasa.