Rodríguez memperingatkan bahwa risiko terbesar dari obat ilegal adalah ketidakpastian bahan aktifnya. Pembeli sering kali tidak mengetahui dengan pasti apa yang mereka konsumsi, sehingga efek samping hingga kematian bisa terjadi sewaktu-waktu.
Perhatian Khusus pada Obat Palsu Anti-Obesitas
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Obat-obatan Eropa (EMA) telah memberikan peringatan serius terkait maraknya peredaran semaglutida palsu. Zat aktif ini biasanya ditemukan dalam Ozempic dan Wegovy, dua obat populer yang digunakan untuk mengatasi obesitas dan diabetes tipe 2. Kepopuleran kedua obat tersebut membuatnya menjadi target empuk bagi produsen obat ilegal.
Jenis Obat yang Paling Banyak Disita
Interpol mencatat bahwa psikostimulan, obat penenang untuk gangguan kecemasan, serta obat untuk penyakit Parkinson menjadi kategori yang paling banyak disita selama operasi berlangsung. Selain itu, obat disfungsi ereksi juga menjadi salah satu yang paling sering ditemukan dalam bentuk palsu atau tidak sah.
Kategori lain yang masuk daftar temuan Interpol meliputi:
-
Steroid anabolik
-
Obat anti-merokok
-
Produk dermatologis (kulit)
-
Suplemen herbal dan kesehatan umum
-
Obat-obatan psikotropika untuk gangguan mental
Tak hanya itu, dalam sejumlah negara seperti Bulgaria, Prancis, Irlandia, dan Swedia, polisi juga menyita obat pereda nyeri berbahan opioid seperti oxycodone, yang memiliki risiko tinggi menyebabkan kecanduan.
Dampak Fatal dari Obat Palsu
Penjualan obat palsu bukan sekadar tindak kriminal ekonomi, tetapi dapat mengakibatkan kematian. Salah satu kasus terbaru terjadi pada bulan Maret di Belanda, di mana seorang pria berusia 30 tahun meninggal setelah menelan obat pereda nyeri yang ternyata palsu. Tidak lama setelahnya, otoritas kesehatan Denmark mengeluarkan peringatan bahwa obat yang sama juga telah menyebar di negara mereka.