Tren penipuan semacam ini juga memanfaatkan isu-isu yang tengah hangat dibicarakan di masyarakat. Misalnya, mereka yang menggunakan citra selebriti tanpa izin untuk mempromosikan hadiah atau undian kepada penggemar. Metode ini tidak hanya menampilkan daya tarik emosional, tetapi juga menunjukkan bahwa pelaku kejahatan terus berinovasi dan memanfaatkan ketertarikan publik terhadap tokoh terkenal. Markas Kaspersky memperkirakan bahwa taktik ini akan terus digunakan oleh penjahat siber hingga tahun 2025.
Olga Svistunova, seorang pakar keamanan dari Kaspersky, dalam keterangannya menyatakan bahwa para penjahat kerap menggabungkan elemen visual dan branding dari beberapa perusahaan dalam satu halaman phishing. Ini bertujuan untuk meningkatkan daya tarik dan efektivitas kampanye mereka dalam menjebak korban. Dengan demikian, mereka tidak hanya mampu menipu pengguna yang tidak menaruh curiga tetapi juga meningkatkan jumlah korban yang terjaring dalam jaring penipuan ini.
Perkembangan teknologi juga semakin memperburuk situasi. Penggunaan alat yang didorong oleh kecerdasan buatan (AI) memungkinkan para pelaku untuk menciptakan situs web palsu yang sangat mirip dengan yang asli, membuatnya lebih sulit untuk dideteksi sebagai penipuan. Dengan kemampuan algoritma yang semakin canggih, kejahatan siber ini menjadi semakin rumit dan berbahaya.
Oleh karena itu, sangat penting bagi masyarakat untuk tetap waspada dan selalu memeriksa keaslian situs yang mereka kunjungi, khususnya saat melakukan pemesanan hotel atau tiket pesawat. Jangan tergiur dengan penawaran yang tampaknya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Selalu pastikan untuk memeriksa URL situs dan menggunakan sumber yang terpercaya sebelum memberikan informasi pribadi atau melakukan transaksi keuangan.