Kondisi ini berpotensi merusak citra tempat wisata yang seharusnya dapat diakses secara wajar oleh semua orang, baik wisatawan lokal maupun internasional. Selain itu, pola pemalakan semacam ini dapat mengakibatkan kerugian jangka panjang bagi sektor pariwisata di NTT, yang tengah berusaha untuk menarik lebih banyak wisatawan.
Dari pengakuan tujuh warga yang diinterogasi oleh polisi, terungkap bahwa strategi yang mereka lakukan adalah menciptakan ketidakpastian bagi wisatawan. Mereka memanfaatkan kurangnya informasi dan pengetahuan wisatawan mengenai biaya masuk atau retribusi yang sebenarnya, dengan harapan dapat mendapatkan keuntungan secara ilegal. Masyarakat setempat seharusnya lebih peka terhadap dampak tindakan ini terhadap pariwisata daerah mereka.
Dalam situasi yang ideal, warga lokal seharusnya menjalin hubungan yang positif dengan wisatawan, bukan justru berusaha memanfaatkan kehadiran mereka. Padang Savana Mausui seharusnya menjadi tempat di mana wisatawan merasa nyaman dan aman, dapat bersantai sambil menikmati pemandangan yang menakjubkan tanpa merasa tertekan oleh tuntutan biaya yang tidak wajar.
Polisi setempat kini tengah menyelidiki lebih lanjut mengenai masalah ini dan memburu orang-orang yang terlibat dalam aksi pemalakan tersebut. Mereka berharap tindakan tegas ini dapat memberikan efek jera dan mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan. Selain itu, ada juga upaya untuk meningkatkan kesadaran di kalangan warga setempat mengenai pentingnya menjaga reputasi daerah sebagai destinasi wisata yang ramah dan aman.