Emosional dingin atau sinis adalah tanda lain dari burnout yang perlu diidentifikasi. Pekerja mungkin menjadi lebih mudah marah, merasa frustrasi, atau bahkan apatis terhadap rekan kerja atau atasan mereka. Perubahan sikap ini bisa berdampak pada lingkungan kerja secara keseluruhan, menciptakan suasana yang tidak sehat dan berpotensi memicu konflik di antara tim. Seseorang yang mengalami burnout mungkin tidak lagi merasa empati terhadap rekan-rekannya dan dapat menarik diri dari interaksi sosial di tempat kerja.
Selanjutnya, tanda fisik dari burnout juga tidak dapat diabaikan. Gejala fisik seperti sakit kepala, gangguan tidur, atau masalah pencernaan sering kali muncul sebagai respons terhadap stres yang berkepanjangan. Pekerja mungkin mengabaikan perawatan diri dan tidak menjaga pola makan serta aktivitas fisik yang sehat, yang pada gilirannya dapat memperburuk kondisi mereka. Identifikasi tanda-tanda fisik ini sangat penting untuk mencegah dampak jangka panjang pada kesehatan.
Satu lagi aspek yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi burnout adalah perubahan sikap terhadap tanggung jawab kerja. Pekerja yang mengalami burnout seringkali menjauh dari mengambil inisiatif dan lebih memilih untuk melakukan kegiatan minimal. Mereka mungkin menunjukkan sikap skeptis atau pesimis terhadap proyek baru dan merasa terbebani dengan tuntutan yang ada. Ketidakmampuan untuk menghadapi tantangan baru di tempat kerja menjadi pertanda bahwa seseorang mungkin sedang mengalami tahap awal dari burnout.