“Orang tidak hanya diminta sukses secara ekonomi, tapi juga harus tampil sempurna di mata publik. Itu tekanan yang luar biasa, dan banyak yang tidak kuat menghadapinya,” tambah Ika.
Tekanan semacam ini kerap tidak disadari karena sudah menjadi norma. Padahal, inilah yang membuat banyak orang mengalami gejala gangguan mental seperti stres kronis, kecemasan, hingga depresi berat.
Layanan Kesehatan Jiwa Masih Minim dan Mahal
Akses terhadap layanan kesehatan mental di Indonesia masih sangat terbatas. Di banyak daerah, jumlah psikolog dan psikiater tidak sebanding dengan kebutuhan. Sementara itu, biaya konsultasi masih dianggap mahal oleh masyarakat menengah ke bawah.
“Di puskesmas sekalipun, layanan psikologis belum merata. Akibatnya, banyak orang yang memilih diam atau hanya curhat di media sosial, tanpa solusi nyata,” kata Ika.
Situasi ini diperburuk oleh kurangnya dukungan dari pemerintah dan perusahaan dalam menyediakan fasilitas konseling atau hari kesehatan mental. Kesehatan jiwa belum dianggap urgensi nasional seperti halnya kesehatan fisik.
Solusi: Normalisasi Konseling dan Edukasi Sejak Dini
Para ahli menyarankan agar konseling psikologis dinormalisasi dan dimasukkan dalam layanan kesehatan dasar. Selain itu, pendidikan mental health harus mulai diajarkan sejak usia sekolah untuk membangun kesadaran dan empati sejak dini.