“Peningkatan tuntutan di sekolah, perbandingan diri dengan teman-teman lewat media sosial, dan tekanan dari orang tua untuk berprestasi tinggi membuat remaja merasa tertekan,” ungkap Rina, seorang remaja yang baru-baru ini menjalani terapi psikologis.
Kurangnya Pemahaman tentang Kesehatan Mental di Keluarga dan Sekolah
Meskipun kesadaran akan pentingnya kesehatan mental mulai meningkat, stigma terhadap masalah psikologis di Indonesia masih cukup kuat, baik di kalangan keluarga maupun masyarakat. Banyak orang tua dan guru yang masih menganggap masalah mental sebagai sesuatu yang memalukan atau sepele.
“Sering kali, orang tua berpikir anak yang mengeluh tentang perasaan tertekan hanya sedang ‘lemah’ atau ‘manja’. Padahal, itu adalah gejala awal yang harus diwaspadai,” tambah Dr. Dita.
Tantangan dalam Akses Terapi dan Dukungan Psikologis
Sementara itu, meskipun beberapa remaja membutuhkan terapi atau konseling, akses ke layanan psikologis di Indonesia masih terbatas. Terutama di daerah-daerah dengan fasilitas kesehatan mental yang minim.
“Di kota besar ada banyak pilihan untuk terapi, tapi di daerah terpencil, banyak remaja yang bahkan tidak tahu bagaimana memulai mencari bantuan psikolog,” kata Rina.