Meski ada pepatah "jangan menilai buku dari sampulnya," faktanya, penampilan sering kali menjadi kesan pertama yang menentukan. Dalam dunia profesional dan sosial, individu dengan penampilan menarik cenderung mendapatkan lebih banyak keuntungan dibandingkan mereka yang berpenampilan biasa.
Fenomena ini dikenal sebagai beauty privilege atau dalam psikologi disebut lookism, yaitu diskriminasi berdasarkan daya tarik fisik. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa individu yang menarik secara fisik memiliki peluang lebih besar dalam karier, ekonomi, hingga percintaan.
Keistimewaan Good Looking di Dunia Kerja
Sebuah penelitian berjudul "The Labor Market Return to an Attractive Face" (2012) mengungkapkan bahwa daya tarik fisik berpengaruh besar dalam rekrutmen pekerjaan. Dalam studi tersebut, sebanyak 11.000 CV dikirimkan ke berbagai lowongan pekerjaan, dengan foto pelamar yang memiliki tingkat daya tarik berbeda.
Hasilnya, kandidat yang memiliki wajah menarik lebih sering dipanggil ke tahap seleksi berikutnya, bahkan memiliki peluang besar untuk lolos hingga tahap akhir. Sebaliknya, mereka yang berpenampilan biasa atau tidak melampirkan foto, lebih sering mengalami penolakan.
Tak hanya dalam proses rekrutmen, individu good looking juga memiliki tingkat keamanan kerja lebih tinggi. Mereka cenderung lebih jarang dipecat dibandingkan karyawan dengan penampilan biasa.
Industri Hiburan dan Daya Tarik Fisik
Di dunia hiburan, beauty privilege menjadi lebih nyata. Orang yang berparas menarik lebih mudah mendapatkan perhatian publik. Laporan dari Vice menunjukkan bahwa individu yang tampan atau cantik lebih cepat mendapatkan popularitas, bahkan meskipun kualitas kontennya biasa saja.