Faktor Risiko 'Tersembunyi' Selain Berat Badan
Selain fenomena skinny fat, ada beberapa alasan kuat mengapa orang yang tidak gemuk tetap berisiko tinggi terkena diabetes. Ini adalah faktor-faktor tersembunyi yang sering kita abaikan.
Pertama, pola makan 'sampah' (junk food). Anak muda sering terjebak dalam pola makan tinggi gula, tinggi karbohidrat olahan, dan tinggi lemak trans. Minuman boba, kopi susu kekinian, minuman bersoda, makanan cepat saji, dan mi instan adalah pelakunya. Makanan dan minuman ini menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup modern.
Meskipun kalori yang masuk tidak sampai membuat gemuk, 'sampah' gula dan lemak jahat itu terus-menerus membebani pankreas. Mungkin karena metabolisme tubuh masih cepat. Namun, asupan buruk ini memicu penumpukan lemak viseral. Hal ini, pada gilirannya, meningkatkan risiko resistensi insulin dan diabetes.
Kedua, si 'mager' atau malas gerak. Gaya hidup sedentari adalah musuh utama kesehatan. Menghabiskan waktu berjam-jam untuk duduk—entah itu belajar, bekerja, atau scrolling media sosial—tanpa aktivitas fisik yang memadai akan menurunkan massa otot. Padahal, otot adalah salah satu 'mesin' utama pembakar glukosa dalam tubuh.
Semakin sedikit massa otot, semakin buruk tubuh mengelola gula darah. Kondisi ini tidak peduli berapa berat timbangannya. Kurangnya aktivitas fisik juga berkontribusi pada penumpukan lemak viseral. Untuk informasi lebih lanjut mengenai penyebab diabetes pada remaja, Anda dapat membaca artikel dari Unair yang membahas Peningkatan kasus diabetes, Penyebab diabetes remaja.
Ketiga, faktor genetik (keturunan). Ini adalah faktor risiko yang tidak bisa diabaikan. Jika Anda memiliki riwayat keluarga—orang tua, kakek-nenek, atau saudara kandung—yang menderita diabetes, maka risiko Anda untuk terkena penyakit yang sama jauh lebih tinggi. Kondisi ini tetap berlaku bahkan jika Anda kurus. Faktor genetik membuat sebagian orang lebih rentan mengalami resistensi insulin.
Keempat, stres kronis dan kurang tidur. Kehidupan anak muda yang penuh tekanan, ditambah kebiasaan begadang, dapat mengacaukan hormon. Stres dan kurang tidur memicu pelepasan hormon kortisol (hormon stres). Hormon ini dapat meningkatkan kadar gula darah dan nafsu makan terhadap makanan tidak sehat. Pola hidup yang tidak seimbang ini secara perlahan menggerogoti kesehatan metabolik tubuh Anda.