Efek samping lainnya adalah perkembangan penyakit hati, khususnya penyakit hati berlemak non-alkohol. Ketika lemak berlebih menumpuk di sel-sel hati, kondisi ini dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan hati. Jika tidak ditangani, penyakit hati berlemak bisa berlanjut ke tingkat yang lebih serius, seperti sirosis atau bahkan kanker hati. Oleh karena itu, mengontrol konsumsi makanan berlemak sangat penting untuk menjaga kesehatan hati.
Tidak hanya itu, sering mengonsumsi makanan berlemak juga berhubungan erat dengan masalah pencernaan. Makanan berlemak dapat memperlambat proses pencernaan dan menyebabkan gejala seperti kembung, diare, atau sembelit. Sistem pencernaan kita bekerja lebih keras untuk memproses makanan berlemak, dan ini bisa membuat perut kita merasa tidak nyaman dan berat. Terlalu banyak lemak dalam diet sehari-hari juga dapat memperburuk kondisi kesehatan seperti sindrom iritasi usus atau penyakit refluks gastroesofagus (GERD).
Aspek mental juga tidak luput dari pengaruh makanan berlemak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet tinggi lemak dapat berkontribusi terhadap masalah kesehatan mental, termasuk depresi dan kecemasan. Makanan berlemak dapat memengaruhi keseimbangan neurotransmitter di otak, sehingga memengaruhi suasana hati seseorang. Mengonsumsi makanan berlemak secara berlebihan juga dapat menjadi kebiasaan yang membuat seseorang lebih rentan terhadap stress dan perasaan negatif.