Kemajuan pesat dalam teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah mengubah banyak aspek kehidupan, termasuk industri kesehatan di Indonesia. Dominasi teknologi baru ini menawarkan berbagai peluang untuk meningkatkan operasional rumah sakit, memastikan bahwa perawatan pasien dilakukan dengan lebih cepat dan tepat. Namun, pertanyaan yang mengemuka adalah bagaimana nasib para dokter dalam era digital ini. Apakah keberadaan AI akan memunggungi tugas mereka, atau justru memberikan dukungan yang lebih baik?
Salah satu contoh penerapan teknologi AI dalam layanan kesehatan adalah kolaborasi antara EMC Healthcare dan InterSystems, sebuah perusahaan yang dikenal dengan solusi teknologi data inovatif. Langkah ini bertujuan untuk memodernisasi perawatan pasien melalui pengadopsian sistem rekam medis elektronik generasi selanjutnya, yang dikenal sebagai InterSystems IntelliCare. Inisiatif ini diharapkan mampu menghadirkan perubahan signifikan dalam cara penyampaian layanan kesehatan sebagai upaya meningkatkan efisiensi operasional di berbagai fasilitas kesehatan.
"Implementasi sistem InterSystems IntelliCare bukan sekadar peningkatan teknologi biasa. Ini memungkinkan perubahan mendasar dalam cara kami memberikan layanan kesehatan," ungkap Jusup Halimi, Presiden Direktur EMC Group, saat acara peluncuran di Rumah Sakit EMC Alam Sutera, Tangerang Selatan. Penggunaan sistem EHR yang lebih maju bertujuan untuk mengurangi potensi kesalahan medis, meningkatkan efisiensi, dan pada akhirnya meningkatkan kualitas perawatan pasien yang diterima.
Peralihan dari dokumen kertas menuju sistem digital yang canggih adalah satu langkah yang signifikan dalam dunia kesehatan. Dalam waktu sekitar lima tahun, EMC Healthcare telah mengubah total cara kerjanya dengan merancang solusi berbasis AI yang secara langsung memberikan manfaat baik bagi tenaga medis maupun pasien. Dengan teknologi ini, pasien mendapatkan layanan yang lebih responsif, sementara tenaga medis dapat mengurangi beban administratif mereka.