Micin atau MSG kini menjadi salah satu bahan tambahan yang populer dalam masakan kemasan maupun dalam proses memasak sehari-hari. Micin memberikan rasa gurih yang khas pada masakan dan banyak digunakan sebagai penyedap. Namun, meskipun micin sering digunakan, bagian dari masyarakat cenderung menghindarinya karena beberapa alasan, seperti risiko kesehatan dan reaksi sensitivitas terhadap micin. Proses pembuatan micin ternyata memiliki sejarah panjang dan mengalami perkembangan bahan baku dari masa ke masa.
Sejarah pembuatan micin dimulai dari penemuan kaldu dashi MSG oleh Profesor Kikunae Ikeda pada tahun 1908. Dalam penelitiannya, Profesor Ikeda berhasil mengekstrak komponen kristal yang ternyata adalah asam glutamat, yang memberikan rasa umami pada masakan. Meskipun awalnya asam glutamat diekstrak dari kaldu rumput laut, kini micin lebih sering dihasilkan melalui proses fermentasi bahan nabati seperti batang tebu, bit gula, singkong, atau jagung. Proses ini melibatkan fermentasi bahan-bahan tersebut menggunakan mikroba yang memproduksi asam glutamat, yang kemudian mengalami sejumlah tahap purifikasi untuk menghasilkan kristal MSG yang siap dikemas dan didistribusikan.