Dalam jangka waktu beberapa bulan, genre film pornonya berubah dari yang kategori biasa hingga yang tak lazim. Jika di awal mula ia merasa jijik dengan film porno berbumbu kekerasan, kini ia menyukainya. Dulu ia tak suka dengan pornografi yang melibatkan anak di bawah umur, kini ia terbiasa menontonnya.
Jika ia dulu merasa video porno bernarasi hubungan seksual dengan keluarga sendiri hanya untuk orang-orang “sakit”, sekarang ia tak mampu membangkitkan gairah birahi tanpa menontonnya.
Dia juga selalu melakukan masturbasi. Bahkan bisa berkali-kali dalam sehari, termasuk di ruangan kantornya atau di toilet. Saat jam makan siang maupun pulang kantor. Tanpa disadari, produktivitas kerjanya menurun drastis sehingga sering ditegur atasannya. Ia tak bisa berkonsentrasi di kantor, apalagi jika tak diselingi dengan menonton video porno.